Budidaya Tabulampot Sehat dan Menguntungkan

Posted by


Pandemi Covid-19 membuat kegiatan pertanian kota (urban farming) menjadi salah satu pilihan untuk mengisi kesibukan selama berada di rumah. Bertanam buah dalam pot (tabulampot) bisa dilakukan di tengah keterbatasan lahan pertanian.

Budidaya buah-buahan memang berpotensi besar dikembangkan saat pandemi Covid-19. Buah kaya akan vitamin C, serat, antioksidan dan sederet kandungan lain yang menguatkan sistem kekebalan tubuh.

Direktur Buah dan Florikultura Kementerian Pertanian (Kementan), Liferdi Lukman mengatakan, budidaya tanaman buah dalam pot (tambulapot) memiliki beberapa benefit secara bisnis. Alasannya, keuntungan lebih besar, tingkat keberhasilan tinggi, dapat berbuah di luar musim, mudah dipindah, dan dapat dikembangkan di berbagai lahan.

Karena itu Liferdi mengajak masyarakat untuk membudidayakan buah-buahan di pekarangan rumah. Apalagi tren konsumsi kian meningkat seiring tingginya kesadaran masyarakat menjaga kesehatan. Saat ini baru 50 persen masyarakat yang memenuhi kecukupan anjuran.

 "Pada dasarnya semua buah-buahan layak tabulampot. Meskipun demikian saya sarankan kita harus prospektif. Tanamlah buah-buahan yang unggul, eksotik, komersial dan produktivitasnya tinggi.

Tanaman buah berprospek tinggi secara ekonomi tersebut antara lain golden melon, kelengkeng kateki, jambu air citra, srikaya rovi, durian bawor, jambu kristal dan alpukat cipedak.  Mantan Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat (BPTP Jabar) ini lantas membuat simulasi keuntungan yang diraup dengan budidaya kelengkeng kateki secara tabulampot.

Jika sebuah desa terdiri dari 3 ribu kepala keluarga (KK) dan setiap KK menanam 20 pohon kelengkeng, maka tertanam 60 ribu pohon. Apabila produktivitas optimal tanaman 20 kilogram (kg) per pohon per tahun, maka diperkirakan dapat memproduksi 1.200 ton per tahun.

Jika setiap KK memproduksi 20 kg/tahun dengan harga Rp30.000/kg, maka desa itu mendapatkan Rp36 miliar setiap tahunnya dari budidaya kelengkeng kateki.

“Kalau ongkos produksi selama dua tahun sebesar Rp 18 miliar atau untuk benih, prasarana dan pemeliharaan sebesar Rp 300 ribu per pohon, maka kentungan yang didapat pada tahun pertama panen mencapai Rp 18 miliar. Ini sangat menjanjikan,” ungkapnya.

Liferdi menjelaskan, Ditjen Hortikultura tengah menggencarkan Program Gerakan Mendorong Peningkatan Produksi, Berdaya Saing dan Ramah Lingkungan atau disingkat Gedor Horti. Produktivitas digenjot melalui pengembangan kawasan sesuai agroklimat, baik di lahan sempit, lahan tidur, maupun lahan marjinal. “Semua lahan kita intensifkan. Di setiap wilayah kita masifkan penanaman satu varietas unggul yang berorientasi ekspor," urainya.

Dalam pelaksanaannya, Kementan melibatkan kelompok tani (poktan) dan pihak-pihak berkepentingan (stakeholder) lainnya dengan target investasi Rp 6,35 triliun. Adapun sumber investasi permodalan dari negara 3-5 persen, kredit usaha rakyat (KUR) 42,65 persen atau Rp2,73 triliun, dan sisanya dari daerah, swasta, serta badan usaha milik negara (BUMN).

Penerapan teknologi ramah lingkungan pun direalisasikan melalui penguatan kelembagaan perlindungan, penerapan pengendalian hama terpadu (PHT), mewujudkan desa organik, serta menggalakkan gerakan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT).

"Untuk meningkatkan daya saing, kami penerapkan sertifikasi GAP (good agricultural practices), GHP (good handling practices), dan organik. Kemudian, mengembangkan hilirisasi, baik pascapanen, pengolahan, standarisasi mutu, sampai pemasan," ujarnya.

Upaya berikutnya, ungkap Liferdi, mendorong investasi dan pemanfaatan KUR. Juga pengembangan SDM (sumber daya manusia) dan Program Sejuta Petani Horti Milenial. Pada tahun ini, Ditjen Hortikultura fokus mengembangkan lima komoditas di sejumlah daerah. Mencakup pisang, mangga, salak, nanas dan manggis.

Direktur Toko Trubus, Yustina mengatakan, selama pandemi, Toko Trubus mencatat penjualan meningkat 300 persen. Kalau diseriusi, ini bisa menjadi sumber pendapatan utama karena menjanjikan.

“Apalagi sekarang perekonomian sedang turun dan banyak pekerja kehilangan pendapatan di-PHK atau dirumahkan karena Covid-19," tuturnya.

Menurutnya, pengembangan buah-buahan di pekarangan rumah pun memiliki manfaat lain, seperti menurunkan stres, meningkatkan imunitas tubuh, merawat kesehatan mental dan fisik, melindungi kualitas udara, serta menjaga produktivitas dan konsentrasi. Termasuk memiliki fungsi kognitif untuk menjadi lebih baik.  "Jadi selain keuntungan ekonomi, tambulapot juga menjadi makanan 'kebatinan' bagi kita," kata Yustina.

Sumber https://tabloidsinartani.com/ 


// //

Social Media Widget SM Widgets




Tabulampot Asri Updated at: 11:17 AM

0 comments:

Post a Comment

Artikel Terbaru

Powered by Blogger.